Ikhtisar Mengantar Usmar: Tjambuk Api

Kedewasaan tidak tergantung dari cambuk itu, San

Pemilihan Tjambuk Api dalam program Ikhtisar Mengantar Usmar adalah untuk melihat bagaimana rumah produksi milik Usmar Ismail, Perfini berani untuk merambah ke bentuk yang lebih luas. Jika kita melihat pencak silat di Harimau Tjampa, maka Ujung, sebuah pertarungan saling pukul dengan menggunakan cambuk dari Jawa Timur, terlihat di Tjambuk Api. Belum lagi kalau kita bicara akibat film ini dibakar sensor yang harus mengubah filmnya dan membuatnya batal ikut Festival Film Asia tahun 1958 di Manila, Filipina.

Sekilas Tjambuk Api memang mirip dengan Harimau Tjampa. Seorang pemuda yang ditinggal mati ayahnya dan proses pembentukan karakter hingga berhadapan satu lawan satu dengan tirani di gelanggang pertempuran, tapi film ini tidak sebatas hanya pertarungan pembuktian, tapi juga penggambaran bagaimana masyarakat berupaya untuk bersama-sama memperbaiki kehidupan mereka dalam hal ini bertani.

Kasan sudah diminta Ibunya untuk tidak memegang cambuk setelah ayahnya tewas dalam pertarungan ujung. Ibunya meminta Kasan untuk bertani dan dalam upaya taninya Kasan meyakinkan penduduk desa lain untuk dapat menyuburkan tanah. Kasan bahkan berhasil meyakinkan mereka untuk bersama-sama membuat sebuah kincir yang dapat mengalirkan air ke tanah mereka yang tandus. Hal ini membuat penguasa bernama Suro, yang doyan menarik upeti, menganggap Kasan sebuah ancaman dan tantangan. Masalah semakin pelik karena Kasan dan Marni, anak Suro, saling jatuh cinta.

Ruwet memang cinta terhalang kuasa dan orang tua.